Wednesday, 17 August 2016

Maraknya Kesenian Ketoprak di Televisi
Ketoprak Hiburan untuk Rakyat hingga Seorang Presiden

Yudi Purbowinanto, SS

Munculnya berbagai stasiun TV swasta  berdampak terhadap seluruh  aspek kehidupan. Sisi positif dan sisi negatif dari kehadirannya  saling berbalas adu argumen tanpa ada habis-habisnya. Di tengah banyaknya deraan itu, bagaimana pun juga,  baik disadari maupun tanpa disadari, televisi membawa misi menuju perkembangan.
Salah satunnya dari segi  kesenian daerah. Salah satu kesenian yang telah berhasil menembus siaran televisi, diantaranya adalah ketoprak.
Banyak orang yang mengenal ketoprak melalui televisi.  Bahkan, anak-anakpun banyak mengenalnya. Lalu, apakah mereka mengetahui latar belakang ketoprak? Akan sangat menarik bagi kita jika menyaksikan sesuatu jika mengetahui latar belakangnya.
Sebenarnya, ketoprak adalah suatu bentuk drama rakyat tradisional yang berasal dari Jawa tengah. Lalu, Ketoprak juga berkembang ke Jawa Timur. Ketoprak yang sering kita saksikan di televisi adalah perkembangan dari  bentuk ketoprak lesung yang muncul sekitar satu abad yang lalu di  Surakarta.
Konon,  ketoprak diciptakan oleh Raden Kanjeng Tumenggung Wreksodiningrat pada tahun 1898. Ia adalah seorang Bupati Gedongkiwo, Kesunanan Surakarta. Lalu, apa yang melatarbelakangi beliau menciptakan kesenian itu?
Kesenian ini tercipta secara spontan. Pada saat itu,  rakyat di Surakarta terjangkit penyakit pes. KRT Wreksodiningrat merasa sedih dan terharu melihat warganya  yang menderita. Ia memerintahkan beberapa abdinya untuk menghibur warga yang tertimpa kemalangan tersebut. Dengan kelompok penghibur yang seadanya, mereka  menari dan menyanyi dengan iringan lesung (alat penumbuk padi) sebagai alat tabuhnya. Oleh karena itu,  hiburan ini disebut ketoprak lesung.
Pada tahun-tahun selanjutnya, hiburan ini semakin berkembang dengan adanya beberpa kelompok seniman. Peralatan yang digunakan pun berkembang, misalkan dengan menggunakan gamelan sebagai mengiringnya. kelompok ini mulai tampil di luar keraton. Bahkan menyebar ke daerah Yogyakarta sekitar tahun 1900-an.
Pemainnya dapat terdiri dari pria dan wanita. Adapun jumlahnya bergantung pada lakon yang dibawakan. Dahulu, ketoprak dimainkan pada malam hari dengan lama bermain 3-4 jam. Kostum yang dikenakan  berupa pakaian daerah Jawa dengan bahasa pengiring bahasa Jawa. Ceritanya berkisar pada sejarah atau babad Jawa, misalnya kehidupan Sultan Agung, Cerita panji, cerita menak, cerita fiksi.   Berbeda halnya dengan wayang Orang, pelukisan tokoh ketoprak lebih realistis.
Dalam setiap penampilannya, ketoprak mengadung unsur seni tari, seni suara seni musik, dan seni akting. Namun, dalam perkembangannya, tarian dan tembang dirasakan  menghambat segi dramatiknya, sehingga tari dan tembang mulai dihilangkan atau dikurangi. Tarian digantikan dengan akting yang lebih realistis dan tembang digantikan dengan dialog langsung.
Sejak awal abad ke-20, sudah banyak grup ketoprak yang bermunculan. Di antaranya yang bertahan cukup lama dan merupakan grup ketoprak yang terkenal adalah grup Ketoprak Gaya Baru Siswa Budoyo  dari Tulungangung,  pimpinan Ki Siswondo Hardjosuwito. Kelompok ini sudah berdiri sekitar tiga puluh tahunan. Ada juga ketoprak ongkek, ketoprak keliling yang bemain dari kampung ke kampung secara berpindah-pindah dengan menggunakan peralatan yang mudah dibuat.
Sebenarnya,  berbagai acara yang disajikan di dalam televisi sangat banyak. Bahkan banyak sekali  yang mengantre dalam daftar tunggu. Sesuai dengan misinya, bagaimanapun juga televisi merupakan lembaga profit di bidang hiburan. Jadi, segala sesuatu yang disajikannya,  hiburan merupakan  tujuan utamanya.
 Di sini terbukti bahwa ketoprak merupakan merupakan suatu kesenian yang bersifat hiburan yang yang tak kalah dengan hiburan lainnya seperti film, musik, dan lain-lainnya. Suatu siburan  yang semula tampak tradisional atau sebagian orang menyebutnya hiburan rakyat, kini menjadi suatu hiburan yang  modern, tanpa mengurangi nilai-nilai/tujuannya. Bahkan, seorang presiden, di tengah-tengah kesibukannya, pernah menyempatkan diri untuk menyaksikan secara langsung sebuah pertunjukkan ketoprak yang sedang diambil gambar oleh teve swasta.
Sangat menggembirakan dan perlu menjadi contoh  bagi kesenian daerah lainnya. Keberhasilan pelestarian kesenian ini, sehingga dapat diterima di masyarakat, bukanlah hal yang mudah dilakukan, semudah membalikkan telapak tangan. Ini merupakan kerja berat yang memerlukan tangan-tangan terampil yang profesional. Disebut profesional karena orang-orang tersebut benar-benar berkonsentrasi dalam mengolahnya. Lebih jauh dari itu, mereka tidak segan-segan untuk menyatakan bahwa ketoprak adalah profesinya. Hasilnya memang benar selain mendapat kepuasan moral, merekapun mendapat kepuasan materiil. Apapun profesi itu, apabila digarap dengan sungguh-sungguh, tentunya akan menghasilkan kepuasan.
Keberhasilan sebuah stasiun tv swasta dalam menyajikan acara ketoprak menimbulkan ketertarikan bagi stasiun tv lainnya. Akhirnya, semua tv swasta menyajikan acara ketoprak. Ini merupakan lahan emas bagi para pemain ketoprak. Bahkan, banyak orang yang menjadi terkenal melalui peran ketoprak.
Lalu, bagaimanakah dengan kesenian tradisional lainnya? Mampukah kesenian tradisional yang ada di seluruh daerah di Indonesia berkembang seperti halnya ketoprak?

No comments:

Post a Comment