Sunday, 14 August 2016

Mengenal alat musik tradisional angklung

Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Tanah Sunda. Alat musik ini terbuat dari bambu.  Cara membunyikannya dengan  digoyangkan sehingga terjadi benturan yang menghasilkan bunyi. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog.
 Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen (bambu berwarna putih). Purwa rupa alat musik angklung; tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk batangan setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Alat musik ini telah dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda. Semula alat ini digunakan sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan. Itulah sebabnya, pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung. Pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya dimainkan oleh anak-anak pada waktu itu.
Konon terciptanya musik angklung digunakan sebagai lagu persembahan terhadap Dewi Sri sebagai Dewi Padi. Seperti kita ketahui bahwa masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan.
Perenungan masyarakat Sunda dahulu dalam mengolah pertanian terutama di sawah dan huma telah melahirkan penciptaan syair dan lagu sebagai penghormatan dan persembahan terhadap Nyai Sri Pohaci, serta upaya tolak bala agar cocok tanam mereka tidak mengundang malapetaka, baik gangguan hama maupun bencana alam lainnya.
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung.
Perkembangan selanjutnya, permainan Angklung menjadi kesenian tradisional Sunda.  Kesenian itu disertai pula dengan unsur gerak dan tari dengan pola dan aturan-aturan tertentu sesuai dengan kebutuhan upacara penghormatan padi. Upacara itu dilakukan pada waktu mengarak padi ke lumbung. Juga pada saat-saat mengawali menanam padi. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung.
Dalam perkembangannya, angklung menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.

No comments:

Post a Comment